Rabu, 03 Februari 2010

Renonansi dengan Allah

Resonansi adalah perihal yang sudah menjadi sunnatullah abadi. Setiap saat selalu terjadi baik disadari ataupun tidak. Resonansi atau secara mudahnya kita artikan sebagai proses getar menggetarkan, saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Sebagai konsekwensi dari bersatunya seluruh makhluk dari bebatuan, tumbuhan, binatang, manusia, langit, bumi dalam satu bola energi kehidupan yang meliputi mereka semua.

Resonansi dengan Allah

Proses saling pengaruh mempengaruhi antara semua makhluk yang senantiasa terjadi secara hakekat adalah tidak lepas dari kehendak dan taqdir Allah. Yah, memang, bukankah secara kacamata alquran semua peristiwa adalah taqdir Allah, ciptaan Allah, pekerjaan Allah. Dari sini kita harus mulai berpikir tentang bagaimana dengan resonansi kita dengan Allah.
Proses pengaruh mempengaruhi model apa yang terjadi. Apakah menguntungkan kita ataukah sebaliknya. Malah merugikan kita.
Pengaruh apa/sinyal apa yang kita kirimkan kepada Allah? Sinyal positifkah? atau sinyal negatifkah?.

Allah maha bereaksi

Allah adalah almujib, maha menjawab. asysyakuur, maha membalas kebaikan, almuntaqiim, maha menghukum/membalas kejahatan. Sangat jelas dalam asmaulhusna ini, bahwa ternyata kita senantiasa berhadapan dengan dzat yang maha bereaksi.
Bila baik perilaku kita, maka perlakuan Allah pada kita pun jadi baik. Kalau buruk maka begitu juga perlakuan dariNya.

Resonansi dalam shalat

Resonansi/proses saling pengaruh mempengaruhi juga terjadi di dalam shalat. Sinyal apa yang kita kirimkan pada Allah, maka itu juga yang terjadi.
Bila kita mengirimkan tawadhuk, tadhorruk [merasa rendah/hina],ummi [merasa bodoh] di hadapan Allah maka Allah pun bereaksi dengan sifat maha rahman mengirimkan kekhusu'an, rasa nikmat dan lezatnya shalat. Dan kita pun diangakat oleh Beliau untuk mikraj, sampai di hadapan Beliau untuk menerima berbagai anugerah, bimbingan, hidayah, taufiq.
Tapi sebaliknya. Bila yang kita kirimkan adalah sikap malas, pikiran yang cuek, kacau, ngeloyor kemana mana, maka reaksi dari Allah pun juga langsung. Rasa terburu buru, rasa kering, rasa lelah, payah lah yang dikirim pada kita.
Rasa manisnya ibadah tidak ada sama sekali. Malah rasa tersiksa yang berat benar-benar kita rasakan.
Allah terasa sangat jauh. Inilah hukuman yang langsung, dan tunai.

Allah tergantung kita

Bagaimana sikap kita, itulah sikap Allah pada kita. Bila kita ingat padaNya, maka Beliau pun ingat pada kita. Bila kita melupakan, maka itulah yang diperlakukan pada kita. Bila kita ridho pada Beliau, pada syariat, taqdir yang sudah ditetapkan oleh Allah. Maka Allah pun ridho pada kita.
Sebaliknya, bila kita marah marah melulu, terhadap taqdir, terhadap syariat, maka jangan heran kalau bakal banyak kesulitan dalam hidup yang ditimpakan pada kita. Sebagai wujud reaksi Allah atas tidak menerimanya/ridhonya kita pada kehendak Beliau.

Ridholah selalu kepada Allah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar