Rabu, 31 Maret 2010

Kenapa harus bertauhid

Tauhid adalah inti dari ajaran islam. Berasal dari kata wahdah yang berarti tunggal, satu. Tauhid berarti menganggap satu, mengesakan, menunggalkan, menganggap tunggal. Bahwasanya Tuhan itu hanya ada satu dan tidak ada yang lain. Tidak ada pencipta, penguasa, pemelihara, pengatur kecuali hanya Dia, yang Maha Tunggal. Tidak ada yang layak disembah, dipuja-puja, diidolakan, diharapkan pertolongannya, ditakuti ancamannya kecuali hanya Dia, yang Maha segala-galanya

Tuhan yang mana

Dalam kenyataan sekarang, jumlah agama sangat banyak dengan ajaran ketuhanan yang macam-macam, belum lagi aliran-aliran kepercayaan yang lebih banyak lagi. Dan tentu saja hal ini menjadikan para pencari kebenaran menjadi bingung. Mana di antara sekian banyak ajaran yang berbeda-beda, yang benar-benar mengandung kebenaran sejati dan bisa membawa keselamatan dan kebahagiaan sempurna di dunia dan akherat.
Dalam kacamata Alqur'an, Tuhan yang benar adalah Tuhan yang Maha Tunggal. Sementara tuhan-tuhan yang lain adalah tuhan yang palsu dan hanya tuhan ilusi dan sangkaan manusia saja. Alqur'an sangat tegas dalam hal ini.
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. {yunus/36}

Tuhan yang Maha Tunggal hanya bisa dicapai dengan tauhid

Allah yang Maha Tunggal memang hanya bisa dicapai dengan tauhid yang murni dan sempurna {Alkahfi-110}. Dari sinilah makanya niat seseorang dalam melakukan aktifitas apapun semestinya harus benar-benar diluruskan. Agar amal kebajikan yang dilakukan tidak sia-sia. Sudah susah-payah melakukannya, tapi ternyata di akherat tidak membuahkan apa-apa. Merasa sudah banyak mengumpulkan amal sholeh tapi ternyata hilang musnah begitu saja, laksana debu ditiup angin.
Seorang spiritualis yang memang benar-benar ingin mencapai Allah, maka diharuskan menjaga niatnya dalam aktivitas dzikir yang dilakukan. Niat lillahi ta'alaa harus dimantapkan. Karena dalam perjalanan rohaninya pasti akan menemui berbagai godaan yang biasanya sangatlah menarik hati yang kalau dituruti maka akan bisa membawa pada penyesatan yang sangat buruk. Dalam kenyataan sering kali kita dengar bahkan saat sekarang ini, para pelaku spiritual ada yang merasa bertemu jibril yang mengajarkan halalnya meninggalkan shalat, mengaku sebagai jelmaan Nabi Isa, merasa sudah mencapai tingkatan tertinggi dalam kedekatan dengan Allah hingga tidak apa-apa melakukan dosa, tidak merasa perlu menjalankan syariat lagi.
Ini semua akibat niat yang salah karena pondasi tauhid yang rapuh. Padahal setinggi-tingginya pencapaian seseorang akan tingkatan rohani pasti tidak akan mengalahkan apa yang sudah dicapai generasi terdahulu yakni para shahabat Nabi. Namun begitu mereka tetap kokoh dalam berpegangan kepada syariat.

Allah yang sederhana

Sebenarnyalah manusia sudah memiliki fitrah kebenaran yang built in dalam dirinya. Yakni secara bawaan penciptaan manusia sudah diberikan kemampuan untuk mencapai kebenaran. Tapi karena faktor lingkungan yang salah memberikan informasi, maka hal yang sebenarnya mudah, menjadi sulit dan dipersulit.
Padahal hanya dengan menghadap dengan hati yang merendah/tawadhuk, menunduk/tadhorru', niscaya sambutan dari Dzat yang Maha Tinggi akan bisa langsung dirasakan. Alhamdulillah.

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang sholeh, dan janganlah ia mempersekutukan
kepada seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya
{Alkahfi/110}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar