Rabu, 17 Februari 2010

Kenapa Nabi Muhammad s.a.w bersifat ummi

Ada yang merasa aneh dan terheran-heran tentang kenyataan bahwa Nabi kita Muhammad s.a.w adalah seorang yang ummi [tak bisa baca-tulis]. Padahal Beliau adalah seorang pemimpin agung yang tiada duanya sepanjang sejarah kehidupan manusia. Keilmuannya yang meliputi segala jenis ilmu. Baik ilmu pengetahuan di masa lalu, di masa kehidupan Beliau, dan masa yang akan datang.

Ummi adalah kunci ilmu langit

Inilah yang tak dipahami oleh kebanyakan orang. Bahwa ternyata untuk bisa mencapai dan meraih ilmu-ilmu yang berasal dari langit, maka hal wajib yang harus dimiliki seseorang adalah memiliki dan menjiwai sepenuhnya satu karakter unik ini, yaitu ummi. Tentu ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh bersekolah, ke kampus dan menjadi berprestasi di dalamnya.
Yang dimaksud disini adalah ketika seseorang datang sowan kepada Allah lewat shalat, dzikir dan lain sebagainya, maka lakukanlah semua itu dengan hati yang ummi [merasa bodoh, merasa tidak tahu apa-apa, merasa kosong dari ilmu pengetahuan] di hadapan Allah.
Sehingga dengan keummian ini, penundukan hati menjadi lebih dalam, lebih dalam, dan semakin lebih dalam di hadapan Allah.

Merasa berilmu bisa menjadi hijab

Ilmu pengetahuan bisa menjadi hijab antara seorang hamba dengan Tuhannya di kala ilmu itu menjadikannya sombong, dalam arti tidak begitu merasa perlu untuk beribadah secara ummi, tawadhuk di hadapan Allah.
Tak terasa bisa jadi kita sering dalam hal ini. Shalat yang asal sah secara fiqh. Sementara hati ngeloyor kemana-mana. Seolah-olah kita tidak membutuhkan Allah. Padahal kita sedang sowan di hadapan Beliau. Dzikir yang asal bunyi di mulut saja. Sementara pikiran kita pergi entah kemana. Bahkan semakin parah lagi, ketidak-sesuaian antara dzikir dengan perilaku sehari-hari.
Sempurna sudah hijab yang kita buat sendiri. Shalat yang kita lakukan bukannya membuat kita semakin merasakan kedekatan dengan Allah. Tapi malah sebaliknya. Allah terasa sangat jauh. Bahkan semakin jauh. Astaghfirullah.


Mari kita bersama-sama membawa sifat ummi di
dalam shalat dan kehidupan sehari-hari







3 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih pencerahannya, namun bagaimana teknis praktisnya sowan dengan hati yang ummi, pikiran apa yg harus kita tanamkan ketika menghadap-Nya, bisa sharing lebih dalam ?

Terima kasih

Sang Musafir mengatakan...

Waalaikum salam wr wb

Terimakasih atas shilaturrohimnya dan mohon
maaf sebelumnya karena baru sekarang bisa merespon sharing anda.
Ummi adalah sikap hati yang merasa kosong dari ilmu pengetahuan, merasa bodoh, merasa tidak tahu apa-apa.
Cukup dengan diam, dengan hati yang fokus tapi rileks, sadar penuh kepada Allah penuh rasa tawadhu'. Itu saja. Sederhana sekali.
Memang, hal ini diperlukan latihan yang intens sampai pada tingkat hati yang nyambung kepada Allah. Dan pada tingkat sudah dicapainya kesambungan dengan Allah, dimulailah pengajaran dan penggemblengan dari Allah.

Wallahu a'lamu bish showwab.

Anonim mengatakan...

Matur Nuwun atas pencerahannya,Subhanallah..sesungguhnya esensi islam itu memang PENYERAHAN DIRI secara total kepada Allah SWT.

Posting Komentar