Senin, 29 Maret 2010

Shalat rasanya enak sekali

Nikmatnya shalat adalah sesuatu yang sudah tsabit di dalam agama. Artinya rasa enaknya shalat, nyamannya shalat, rasa bahagia yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah shalat adalah merupakan suatu hal yang dibenarkan dan diakui keberadaannya oleh syariat. Tapi sayangnya, pada kenyataannya sangat sedikit di kalangan kaum muslimin jaman sekarang yang bisa merasakan kenikmatan, kenyamanan, kebahagiaan, rasa fly, rasa terbang, rasa melayang, rasa manis, rasa lezat di dalam shalat.

Ridho terhadap shalat

Salah satu karakter yang menyebabkan kita tak bisa mendapatkan rasa enak di dalam shalat adalah tidak ridho terhadap shalat. Sehingga secara tak terasa karakter ini menyebabkan tindakan yang grusa-grusu di dalam shalat. Asal shalat cepat selesai. Yang penting sah menurut fiqh. Benar-benar terasa sekali bahwa kita ternyata tidak betah, tidak kerasan berlama-lama di hadapan Allah.
Cobalah untuk bersabar, tenang , perlahan-lahanlah di dalam shalat. Yakini dan sadari bahwa dalam shalat ini, kita sedang berhadapan Allah. Takbirlah dengan tenang, rasakan rohani yang melayang kepada Allah. Habis membaca doa iftitah jangan terburu-buru membaca fatehah, tapi tenanglah dulu, diamlah sejenak untuk merasakan lebih dalam bahwa kita benar-benar di hadapan Beliau. Menunduklah lebih dalam lagi di dalam hati. Baca fatehah dengan tenang, rasakan dengan benar bahwa setiap bacaan, setiap kata, bahkan setiap huruf yang kita baca, sedang disimak, didengarkan, diperhatikan oleh Allah. Fatehah selesai, diamlah sejenak, menunduklah lebih dalam kepada Allah di dalam hati. Rasakan rohani yang melayang-layang terbang kepada Allah.
Turunlah untuk rukuk dengan perlahan. Rasakan rohani yang ikut turun ke bawah tapi tetap menyambung kepada Allah. Pada tahap ini biasanya rasa fly akan sangat kuat sekali. Enak sekali rasanya. Nikmat sekali rasanya. Rukuklah dengan tenang. Baca tasbih dengan perlahan, sampaikan langsung bacaan kita kepada Allah, seolah kita berbisik mesra dengan Beliau. Habis baca tasbih, diamlah sejenak, rasakan hati yang semakin menunduk di hadapan Beliau. Semakin dalam. Semakin dalam. Semakin dalam.
Berdirilah untuk iktidal dengan perlahan. Rasakan rohani yang ikut berdiri. Menunduklah lagi dengan mendalam kepada Allah. Sangat terasa ada tarikan rohani ke atas. Bahkan tubuh fisik ikut terangkat. Biarkan saja kalau ada fenomena ini. Baca bacaan iktidal dengan perlahan. Sambil hati yang semakin dalam tertunduk kepada Allah. Selesai membaca, tenanglah dulu. Rasakan hawa thumakninah, sakinah, rahmat yang dicurahkan oleh Allah dengan sangat melimpah sehingga tubuh tergetar gemriming karenanya.
Bergeraklah turun untuk sujud dengan perlahan. Rasakan rohani yang ikut turun. Sujudlah dengan mantap. Rasakan dulu rohani yang kuat menghadap ke Allah. Rasakan benar bahwa kita benar-benar dan nyata-nyata bersujud secara mendalam kepada Allah. Jangan sujud yang asal-asalan. Tapi sujudlah dengan hati. sujudlah dengan hati/rohani yang menunduk, semakin menunduk, semakin menunduk, semakin merendah, semakin merendah, semakin merendah kepada Allah. Rasakan sensasi mikraj yang sangat kuat, rasa melayang layang di hadapan Allah. Rasakan rasa mabuk di dalam sujud.
Bergeraklah untuk duduk dengan pelan-pelan. Sambil dengan rohani yang menyambung ke Allah. Diamlah sejenak. Menunduklah secara mendalam kepada Allah. Rasakan adanya kesambungan yang semakin menguat kepada Allah. Baca doa-doa dengan perlahan saja. Robighfirli. Ampunilah aku. Diamlah. Biarkan Allah menjawab dengan pengampunanNya yang bagi mereka yang peka akan bisa merasakan sensasi sebagai tanda pengampunan. Warhamni. Sayangi aku. Diamlah. Rasakan rahmat Allah yang tercurah, hawa sejuk yang semakin nikmat. Wajburni. Sempurnakan kekuranganku. Diamlah. Biarkan cahaya perbaikan ilahi masuk menyelimuti seluruh tubuh jasmani rohani. Warfa'ni. Angkatlah derajatku. Diamlah. Rasakan rohani yang semakin melayang meninggi, diterbangkan ke Allah. Warzuqni. Berikan aku rejeki. Diamlah. Utarakan permintaan kita. Sampaikan kepada Allah agar segera diproses perwujudannya. Wahdini. Berikan aku bimbingan. Diamlah. Barangkali ada ilham, bimbingan, petunjuk langsung yang jelas. Wa'afini. Sehatkan aku. Diamlah. Biarkan energi kesehatan turun dari alam tingkat tinggi untuk kemudian menyelimuti tubuh fisik dan batin. Wa'fu anni. Dan Ma'afkan aku. Diamlah. Rasakan permaafan yang turun. Membuat kelegaan yang luar biasa pada hati.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum wr wb.
Luarbiasa tapi sederhana yah... Subhanallah
Mudah2an Allah yg Maha Rahiim memberikan terus kerahiimannya buat bapak, saya dan semua mahluk yg mengharap cinta-Nya.

Saya sendiri kadang merasa terharu/tergore, perasaan yg saya tdk bisa gambarkan... sampai menangis tersedu sedu... tapi rasanya nyaman dan bikin ketagihan. Rasa itu muncul kadang pada saat baca Alfatihah, kadang pada ruku, sujud, dan sering pada duduk antara 2 sujud.

Saya ada pertanyaan:
1. Apakah itu tanda Allah merespon shalat saya?
2. Saya baca bahwa kulit orang yg beriman menjadi merinding dan jadi tenang karenanya. Apakah merinding seperti merindingnya bulu kuduk ? dan perasaan seperti apa apabila sampai pada puncak kenikmatan shalat yg paling sempurna?

terimakasih dan Assalamualaikum wr wb

Sang Musafir mengatakan...

Wa'alaikum salam wr. wb.

Terimakasih atas shilaturrohimnya. Dan terimakasih atas doanya. Semoga kita semua dibahagiakan selalu oleh Allah melalui shalat.

Allah mengatakan dalam surat Albaqoroh ayat 152, ingatlah padaKu, maka Aku pun ingat kamu. Artinya Allah adalah Dzat yang Maha Merespon dzikir hamba-hambaNya. Ketika seorang hamba berdzikir, mengingat Allah, maka Allah pun berdzikir, mengingat hamba itu. Dan respon dari Allah bisa dirasakan dengan tanda yang bermaca-macam. Antara lain berupa bergetarnya hati {al-anfal/2} bahkan tubuh fisik seseorang, dan terkadang menangis yang menjadi-jadi tanpa bisa ditahan {maryam/58}.
Jadi fenomena yang anda rasakan memang benar adanya. Dan itu salah satu tanda bahwa dzikir anda benar dan direspon oleh Allah.

Puncak kenikmatan shalat ada pada shalat yang benar-benar mendatangkan hidayah Allah, sehingga bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar [Al-ankabut/45}. Sebagaimana yang diminta dalam doa surat fatehah. Ihdinashshirotolmustaqiim. Bimbing kami ke jalan yang lurus.
Adapun fenomena yang di atas tadi adalah tanda awal turunnya hidayah-hidayah itu. Sehingga pada akhirnya {asal istiqomah} hidayah Allah semakin menguat, menebal auranya, sehingga bisa mencahayai, membimbing, menuntun hari-hari kita di dunia ini.

Semoga bimbingan Allah semakin nyata di hari-hari kita. Amieen.

Anonim mengatakan...

Terima kasih.
Subhanallah, memang benar adanya, meskipun intensitas rasa tsb masih belum kontinyu, tapi serasa hdup menjadi lebih islami dengan sendirinya tanpa susah susah. menundukkan pandangan jadi lebih mudah, mendengarkan Al Quran jadi enak dan sering, bangun untuk tahajud/berdoa jadi kebutuhan. Alhamdulillah....

Ada satu hal yg masih mengganjal pak, saya kalo menceritakan dunia rasa merasa ini ke orang yg saya kenal. Kekhusuan/nikmat dzikir itu jadi hilang. (apakah mungkin karena masih terbersit ada perasaan merasa lebih baik)
Apakah ada batasan hal hal yg harus diceritakan dan tidak ke orang lain tentang perasaan kita dengan Allah ?
Apakah boleh kita menceritakan kpd orang yg kita kenal dengan niat untuk mengajak orang merasakan nikmatnya mendekati Allah atau untuk menanyakan pengalaman ini sesuai syariat/tdk kepada orang yg dianggap lebih faham?

Terima kasih banyak.

Sang Musafir mengatakan...

Terimakasih atas sharingnya dan sebelumnya kami ingin menyatakan disini bahwa di dalam forum ini, kami hanya ingin berbagi pengetahuan, pengalaman sekedar yang kami ketahui dan rasakan. Dan bukan berarti kami lebih banyak ilmu meski di sini kami selaku penulis. Intinya adalah kita sama-sama belajar dan berdiskusi bersama mengenai ilmu-ilmu Allah.

Menceritakan nikmat yang diterima kepada orang lain adalah termasuk ajaran Alqur'an {Al-dhuha/11}. Apalagi dengan niat untuk mengajak orang lain {dakwah} atau untuk menanyakan kepada orang yang 'alim mengenai kesesuaiannya dengan syariat, ini semua, tentu saja sangat baik sekali. Malah ya harus begitu. Dengan menceritakan kepada orang lain berarti kita sudah melakukan tindakan syukur. Dan dengan tindakan syukur ini niscaya nikmat dari Allah dalam hal ini adalah nikmat spiritual, nikmat hidayah akan semakin berkembang dan melimpah-ruah, karena dikembangkan dan dilimpah-ruahkan oleh Allah.
Hanya saja barangkali kita juga harus melihat kondisi dari orang yang kita ajak berdiskusi, apakah kiranya beliau bisa memahami atau tidak?, ataukah malah tergolong dari kelompok yang antipati terhadap spiritual islam yang dianggapnya sebagai bid'ah dan sesat. Jangan sampai kita tergolong dari kaum yang menyia-nyiakan ilmu.

Posting Komentar