Jumat, 07 Mei 2010

Mati sebelum mati

Nabi mengatakan dalam salah satu hadits. Matilah kamu sebelum kamu mati. Jika kamu hendak melihat mayat berjalan, maka lihatlah Abu bakar.
Sangat menarik sekali kandungan dalam sabda Nabi ini. Sesuatu yang barangkali tidak bisa secara mudah bisa dipahami, apalagi untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Mati sebelum mati. Apakah maksudnya?.

Hawa nafsu yang berkuasa

Memang bisa dipastikan bahwa yang dimaksud mati dalam hadits ini bukanlah mati yang normal yakni mati secara tubuh fisik.. Tetapi lebih kepada mati secara maknawi, yakni mati dalam arti hilangnya keinginan-keinginan yang negatif, yang bertentangan dengan nilai-nilai agama alias perbuatan maksiat. Dan tentu saja hal ini bukanlah sesuatu yang ringan, mengingat kita sebagai manusia diuji dengan berbagai banyak kesenangan kesenangan duniawi. Apalagi di masa sekarang, dengan kondisi dunia yang makin gemerlap. Berbagai fasilitas hawa nafsu yang menggiurkan. Kemudahan dalam segala hal. Produk-produk komersiil yang sangat menarik minat dan hasrat hati.
Kekuatan yang dimiliki oleh nafsu yang begitu besar, yang senantiasa mengajak kepada keburukan, memang diakui oleh alquran. Dan memang, ini benar adanya. Hawa nafsu memang memiliki kekuatan yang sangat besar, sehingga seringkali manusia kelimpungan, tidak berdaya dibuatnya.
Ketika nafsu berupa kemarahan yang meledak-ledak datang, maka sangat berat sekali untuk ditahan dan kitapun tak berdaya, kemarahan pun terjadi tanpa bisa dihentikan.
Ketika nafsu berupa rasa iri dengki datang, itupun terjadi begitu saja bahkan dengan ringan dan lancarnya, hingga kita pun jadi bertanya, kok aku begini ya? kenapa sifat buruk ini tak bisa aku hilangkan? kenapa kok begitu ringannya dan otomatisnya sifat ini mengalir?.
Ketika nafsu berupa kemalasan datang, maka akan sangat berat sekali untuk sholat, untuk ngaji, untuk sedekah. Padahal kalau untuk nonton tv, browsing internet, main kartu/judi begitu ringan dan mudah bahkan sangat menyenangkan. Bahkan bisa dilakukan sampai berjam-jam tanpa ada rasa bosan.
Sementara untuk sholat yang hanya lima menit, terasa sangat berat dan seakan terasa sangat lama sekali. Rasanya seperti sholat satu jam saja, padahal hanya lima menit saja. Hingga sholatpun jadi grusa-grusu, terburu-buru, hingga lupa untuk thumakninah.

Hawa nafsu yang mati

Pada hakekatnya hawa nafsu tidaklah bisa untuk dimatikan. Tapi hawa nafsu bisa diarahkan. Dan memang hawa nafsu tidak harus dimatikan, tapi harus dikendalikan. Dan agama memberikan banyak pelatihan untuk melatih pengendalian nafsu, antara lain dengan puasa.
Dan yang sangat perlu untuk digarisbawahi, bahwa manusia selamanya tak akan pernah bisa untuk menundukkan, mengendalikan hawa nafsunya sendiri kecuali dengan memperoleh bimbingan dan rahmat dari Allah (Annur/21). Karena hakekatnya nafsu adalah nur min anwarillah, cahaya dari cahaya-cahaya Allah juga. Kekuatan dari kekuatan-kekuatan Allah juga. Dan kekuatan Allah hanya bisa ditundukkan dengan kekuatan Allah jua.
Jelasnya, untuk bisa mengendalikan hawa nafsu, tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada Allah melalui dzikir, sholat, ikhlas, ridho terhadap semua taqdir, apapun itu, yang sudah lewat, yang sedang terjadi, dan di masa mendatang.

Makhluk rohani

Mereka yang bisa disebut sebagai makhluk rohani adalah mereka yang memilih secara sengaja dan serius untuk mengembangkan kemampuan rohaninya. Hidup dengan meningkatkan kualitas spiritualnya melalui dzikir kepada Allah dengan penuh keikhlasan, murni hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bukan dzikir untuk mencari kekayaan, kesaktian, pangkat, pengasihan, dan lain-lain. Karena niat yang seperti ini hanya akan menjadi hijab antara hamba dengan Tuhannya.
Makhluk rohani adalah kaum yang paling berbahagia karena sudah secara sempurna terlepas/freedom dari belenggu-belenggu hawa nafsu yang sebenarnya, secara hakekat, hanya menjadi penghambat untuk mencapai kesempurnaan kebahagiaan berupa kebersatuan dengan Allah, Dzat yang Maha memberikan kebahagiaan. .
Allah memberikan wahyu kepada Nabi dawud;

"Hai Dawud. Sesungguhnya kecintaanKu kepada hambaKu adalah ketika mereka menjadi makhluk rohani. Dan makhluk rohani memiliki tanda berupa tidak pernah susah. Aku menjadi pelita di hati mereka. Hai Dawud. Jangan kesusahan mencampuri hatimu, maka menjadi berkurang warisan berupa rasa manis (karena dzikir) yang dimiliki makhluk rohani".

1 komentar:

Th30n30s mengatakan...

Bila sudah mati sebelum mati..tiada siapa yg dpt membunuhnya lagi..bagaimana ingin membunuh org yg sudah mati..terpaksalah malaikat maut minta izin sepertinya Rasulullah saw... =)

Posting Komentar