Sabtu, 01 Mei 2010

Membangkitkan roh Allah

Manusia dikaruniai oleh Allah dengan dua dimensi yang bersifat ghoib. Yang keduanya memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam menentukan cara bersikap, bertindak, berperilaku dalam kehidupan keseharian manusia. Sehingga semestinyalah setiap manusia menyadari akan hal ini, agar tidak mudah tertipu dan tersesat dalam mengarungi samudera kehidupan yang maha luas ini.

Roh dan nafsu

Dua dimensi ini, meskipun bersifat ghoib tapi memegang peranan yang besar dalam mempengaruhi pola sikap dan tingkah laku manusia. Disadari atau tidak, keduanya selalu berupaya untuk mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi manusia ke arah kecenderungannya masing-masing. Bila roh senantiasa memiliki kecenderungan ke arah positif, ke arah kepatuhan kepada Allah. Maka sebaliknya nafsu memiliki kecenderungan ke arah negatif, ke arah kedurhakaan kepada Allah. Tapi memang, dalam kenyataan hampir semua orang tidak bisa merasakan perbedaan antara apakah ini suara roh ataukah suara nafsu.

Bimbingan Allah

Di sinilah arti pentingnya bimbingan Allah/hidayah/taufiq. Dengan adanya pencerahan bimbingan dari Allah, maka secara mudah dan otomatis seseorang akan mudah untuk membedakan antara getaran negatif hawa nafsu dengan getaran positif dari roh. Dan bahkan disertai munculnya dorongan yang kuat untuk menuju ke arah yang positif. Ada rasa didorong, disetir, dituntun, ditarik ke arah yang positif.

Roh kemulyaan

Roh adalah bersifat langit, tinggi dan mulia karena digelari oleh Allah sebagai rohNya. Dan konon, para malaikat dan iblis diperintahkan untuk sujud kepada Adam dikarenakan adanya roh Allah yang diletakkan dalam diri Beliau. Karenanya, siapapun yang ingin memperoleh kemulyaan yang sempurna di sisi Allah, maka wajib baginya memiliki kemampuan untuk membangkitkan dan memberdayakan potensi roh secara lebih opimal.

Membangkitkan roh Allah

Sebenarnya siapapun tidak bisa memiliki kemampuan untuk secara mandiri membangunkan potensi rohnya sendiri. Bagaimana bisa, keberadaannya saja tidak diketahui oleh siapapun, kecuali hanya Allah yang tahu.
Dan memang tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada Allah dengan berdzikir, menghadap kepadaNya dengan lurus, pikiran benar-benar harus hadir di hadapan Allah dengan hati yang tadhorru, tawadhu', thumakninah. Hingga pikiran benar-benar kosong dari apapun. Dan hanya ingatan pada Allah yang semakin fokus dan lurus tapi dengan serileks mungkin. Tidak ada rasa kepala yang berat karena spanneng. Tapi yang ada hanya Allah saja. Bukan yang lain.
Pada akhirnya perkenan Allah pun hadir, membangkitkan potensi roh secara lebih optimal dan optimal.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar