Selasa, 16 November 2010

Dua macam iman

Iman berarti percaya terhadap adanya yang ghoib. Bila dilihat dari tingkatannya bisa dibagi kepada dua tingkatan.

Iman karena pengetahuan

Tingkatan inilah yang paling banyak pemiliknya. Iman karena pengetahuan dari kitab suci, dari ulama, dari kyai, dari orang-orang yang dipercaya. Dari literatur-literatur kuno yang dianggap sebagai dogma yang diyakini kebenarannya.
Keimanan pada tingkat ini cenderung mudah untuk turun dan terkikis bila si empunya tidak pandai-pandai menjaga pergaulannya. Apalagi pada jaman ini, dimana arus informasi global menjelajah ke seluruh dunia dengan mudahnya. Sehingga informasi-informasi yang menyesatkan dengan mudahnya terserap bahkan seringkali tidak terasa. Bisa terjerumus terhadap kekufuran bahkan dengan tanpa disadati. Naudzu billahi min dzalika.
Apalagi bila si empunya tidak menjalankan sholat lima waktu yang wajib. Benar-benar keimanan yang ada di dalam hati, sangat diragukan keberadaannya. Karena pembeda antara orang kafir dengan orang yang beriman adalah sholatnya.
Karena sholat adalah tiang agama. Bila seseorang menjaga sholatnya, berarti dia menjaga agamanya. Tapi bila seseorang mengabaikan sholatnya, berarti sama saja dengan merobohkan agamanya.

Iman karena buah dari ibadah (dzauq)

Iman yang mengalami peningkatan. Yaitu iman yang muncul karena pengalaman-pengalaman rohani yang lurus. Buah dari ibadah yang khusyu. Baik secara lahiriah maupun batiniah sesuai dengan syariat yang digariskan. Bukannya pengalaman-pengalaman rohani yang menyesatkan karena bertentangan dengan syariat. Karena seringkali pengalaman-pengalaman rohani malah menjauhkan seseorang dari Allah karena amaliah yang bid'ah/yang salah.
Keimanan, kepercayaan, keyakinan akan adanya Dzat yang Maha Ghoib, Penguasa Tunggal jagat raya menjadi semakin kokoh terpatri dalam hati. keyakinan akan RahmatNya yang tiada batas, pengampunanNya yang Maha Luas juga secara kuat mengakar di dalam hati.
Keimanannya terus bertumbuh, mekar mengembang, menghiasi kalbu, seiring dengan pengalaman-pengalaman rohani baru yang terus menerus bermunculan.
Iman pada tingkat ini cenderung untuk terus meningkat asalkan si empunya tetap istiqomah dalam menjalani amaliah kesehariannya secara ikhlas, murni karena mencari keridhoan Allah semata.

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ

"Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu`min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)"   (Alfath/4)

Memperkokoh iman

Banyak cara untuk bisa mengokohkan iman. Dengan memperbanyak belajar ilmu agama, terutama yang benar-benar mampu mengokohkan iman. Seperti mempelajari keunggulan agama islam atas agama lain. Dalam hal keajaiban kitab sucinya. Konsep tauhidnya yang sangat sesuai dengan fitrah dan akal manusia. Dan kelemahan kitab suci agama lain. Konsep ketuhanannya yang tak masuk akal dan tidak bisa menentramkan pikiran manusia karena banyak memunculkan pertanyaan yang ternyata tak ada yang mampu menjawab dengan memuaskan. Bahkan pemimpin/imam tertinggi dari agama itu tak mampu memberikan jawaban yang melegakan hati. Seperti konsep trinitas yang sangat membingungkan.
Sehingga tidak mengherankan, banyak pengikutnya yang memakai nalarnya dalam memilih agama cenderung memilih untuk melepaskan keyakinan itu/trinitas, karena tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan. Dan akhirnya memilih islam setelah dengan serius mempelajari keunggulan dari agama ini.

Dan juga yang sangat penting adalah mempelajari cara cara ibadah yang benar dan khusyu. Karena disinilah prosesi pengembangan iman yang menakjubkan. Karena manfaat besar yang diperoleh dari ibadah-ibadah yang khusyu.
Sangat bagus bergabung dengan komunitas online/internet maupun off line/di luaran yang secara serius belajar menjalankan ibadah dengan benar dan khusyu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar