Kamis, 28 April 2011

Kenapa harus ada penderitaan

Banyak musibah terjadi. Tidak hanya sekarang. Bahkan semenjak manusia pertama hingga saat sekarang ini. Dari yang kecil hingga yang besar. Baik bencana yang menimpa perorangan maupun yang massal bahkan yang meruntuhkan satu bangsa.

Penyadaran kelemahan diri

Salah satu hikmah besar adanya penderitaan adalah penyadaran akan betapa lemah bahkan fananya diri manusia ini. Meski betapapun hebatnya kemajuan peradaban suatu bangsa, betapapun tinggi tingkat kesuksesan seseorang, betapapun cerdas tingkat intelejensi seseorang, tetap saja tidak berdaya ketika datang tsunami, banjir bandang, kebakaran, bahkan penyakit yang paling ringan sekalipun. Dan bahkan para dokter, dukun, paranormal sekalipun menjadi tidak berdaya ketika penyakit menyerang.
Inilah hikmah yang besar. Hikmah berupa pelajaran tentang kefanaan diri. Yang bila dicermati akan mendatangkan sikap rendah hati (tawadhu). Dan pada akhirnya akan menarik datangnya KEIMANAN.

Perkenalan ilahi

Melalui berbagai penderitaan yang melanda manusia. Al-Muridu, Dzat yang Maha Berkehendak, bertujuan untuk memaksa manusia untuk menyadari keberadaanNya. Bahwa dengan segala potensi kemanusiaannya yang luar biasa. Ternyata tetap saja, tidak semua kemauan, kehendak, harapan, cita cita manusia akan tercapai. Karena dalam setiap kehendak, ada Dzat yang Maha berkehendak. Dalam setiap rencana, ada Dzat yang Maha berencana. Dan Dia, yang serba Maha, akan selalu berhasil dalam setiap kehendak dan rencana rencanaNya. Yang tidak jarang bertabrakan dengan keinginan dan rencana manusia.
Semua fenomena alam yang terjadi, yang baik maupun yang buruk (menurut manusia), di alam yang besar (alam semesta) seperti keteraturan pola gerak jagat raya yang sangat mendetail, rapi dan sempurna  maupun fenomena alam kecil (diri manusia), seperti detak jantung yang terus bergerak, napas keluar masuk otomatis, bahkan dalam tidur sekalipun tanpa sedikitpun campur tangan kesengajaan manusia, merupakan cara Dzat yang Maha Tinggi memperkenalkan diriNya. Tinggal manusia. apakah mau memahaminya ataukah malah mengabaikannya.

Pemurnian

Dikala seseorang mulai menyadari kelemahan dirinya. Dan mau menerima atas apa yang terjadi. Merelakan, mengikhlaskan, ridho atas semua yang terjadi. Saat itulah terjadi proses pemurnian dirinya. Sisi rohaninya dimurnikan, dibersuhkan, disucikan. Terjadi prosesi pencucian dosa dosanya. Asalkan seseorang tetap menjaga kesabarannya. Tidak mengeluh, berkeluh kesah. Niscaya dosa dosanya rontok laksana pepohonan yang berguguran dedaunannya.

Rohani tak mengenal penderitaan

Penderitaan, kesengsaraan, penyakit, putus asa, stress. Semua ini berada di luar dimensi rohani. Semua ini terjadi pada dimensi kebumian manusianya, hawa nafsunya. Selama manusia masih berkutat dalam dimensi hawa nafsu kebumiannya, pada saat itu pula manusia itu bakal berputar putar dalam lingkaran setan penderitaan, kesengsaraan, putus asa, sakit hati
Tapi ketika manusia sudah terlepas dari jaring jaring hawa nafsu rendahnya, karena kerohaniannya yang aktif berkat cahaya cahaya ilahi yang turun dan meliputi, maka diapun terbebaskan dari segala penderitaan. Meski apapun yang terjadi secara alam lahiriah, batinnya tetap kokoh dalam kebahagiaan yang benar-benar mendalam karena hati yang teguh dalam keimanan kepada ALLAH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar