Selasa, 16 Maret 2010

Dua macam hidayah

Hidayah merupakan kata yang sangat akrab dalam telinga masyarakat kita. Dalam setiap forum pengkajian keislaman kata-kata ini hampir tak pernah tertinggal. Tapi sayang, nampaknya sangat sedikit yang benar-benar mengerti akan maknanya. Berasal dari akar kata hadaa {hak, dal, yak} yang berarti memberikan petunjuk.

Dua macam hidayah

Yang pertama adalah hidayah berupa petunjuk yang masih berupa ilmu pengetahuan saja. Dan ini bisa diperoleh dengan mudah, asalkan mau mencarinya. Alquran, Alhadits, kitab-kitab kuno karangan para ulama, dan sumber-sumber ilmu yang lain asalkan positif, semua ini berisi dengan hidayah-hidayah jenis ini yakni hidayah berupa ilmu pengetahuan.

Yang kedua adalah hidayah berupa petunjuk yang sudah dibarengi dengan taufiq yakni kemampuan berupa pertolongan untuk mengamalkannya sekaligus. Ibarat seseorang yang buta berada di persimpangan jalan. Dia tidak hanya ditunjukkan arah tujuannya {hidayah ilmu}, tapi langsung dipegang pundaknya dan dituntun langsung ke tujuannya {hidayah taufiq}. Dimana hidayah yang kedua ini diberikan hanya pada kalangan tertentu saja. Jadi tidak sembarang orang bisa beruntung dengan memperoleh anugerah berupa hidayah yang mulia ini.

Hidayah yang sudah dilambari dengan taufiq hanya diberikan kepada orang-orang yang gemar bermujahadah, yang secara serius memegang tauhid dalam pola hidup kesehariannya, yang senantiasa tekun mendekatkan diri kepada Allah melalui berbagai ibadah yang sah secara syariat.
Diantaranya adalah dengan dzikir yang nyambung dengan mendalam kepada Allah. Tidak dengan dzikir yang asal-asalan, apalagi dzikir yang salah dalam niatnya. Sebagai contoh, dzikir dengan niat untuk menundukkan pacar, untuk memperoleh ilmu kedigjayaan. Sangat jelas disini bahwa dorongan hawa nafsu begitu kuat, niatnya tidak karena Allah, tapi karena hal keduniawian. Dalam keadaan seperti ini pintu untuk masuknya setan terbuka dengan sangat lebar. Pada akhirnya hidayah dari Allah pun tidak mau masuk karena hati yang mendua. Tidak memegang tauhid dengan sebagaimana mestinya.

Dan disinilah sebenarnya masalah kita. Banyak sekali majelis dzikir, tapi dalam kenyataan, dzikir tidak membawa pengaruh dalam hidup sehari-hari. Banyak masjid, bahkan mungkin banyak jamaah tapi kosong dari hidayah. Negara kita Indonesia dikenal sebagai negara muslim terbesar, tapi juga dikenal sebagai negara yang paling korup di dunia. Sangat banyak jumlah orang islamnya, tapi sangat sedikit yang benar-benar menjalankan keislamannya.











,



Tidak ada komentar:

Posting Komentar